Home

Monday, June 9, 2008

Amien Rais dan Kepemimpinan Nasional

Posted by awaluddin jalil | On: , | 1 komentar
Berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) harus kita akui merupakan ijtihad politik tokoh reformasi Amien Rais. Pasca orde baru runtuh, Amien Rais dihadapkan dua pilihan. kembali mengikuti keinginan pribadinya untuk kembali menekuni aktifitas dakwahnya lewat persyarikatan Muhammadiyah, atau memenuhi harapan teman-teman dan pendukungnya untuk meneruskan perjuangan reformasi dan melanjutkan tugasnya sebagai salah seorang tokoh gerakan reformasi. Bahkan di PP Muhammadiyah kala itu terbagi menjadi dua kelompok.
Yang paling bersemangat untuk mendorong Amien Rais menuntaskan agenda refornasi dengan terjun lansung ke kancah politik adalah Syafii Maarif dan Yahya Muhaimin. Akhirnya Amien Rais memutuskan untuk terjun langsung ke gelanggang politik. Tawaran dari partai politik pun banyak berdatangan. Salah satu yang paling getol adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Bahkan PPP menawarkan tempat baginya sebagai ketua MPP.
Namun dengan identitas PPP yang menurut Amien masih belum sesuai dengan keinginannya. Karena ia ingin membuat partai relijius, tidak eksklusif melainkan inklusif, tidak homogen yang tertutup namun sangat pluralis dan terbuka. Hal inilah yang membuatnya harus segera membuat partai baru. Untuk memantapkan hatinya, ia kemudian membawa masalah ini ke sidang Tanwir Muhammadiyah – sidang yang berada di bawah satu tingkat dengan Muktamar- di Semarang, Jawa Tengah. Akhirnya dengan suara bulat sidang meminta Amien untuk membuat partai baru dn tidak bergabung dengan partai lama.
Satu hari sebelum deklarasi, Amien mengundang seluruh ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia. Amien menjelaskan secara rinci tentang rencana deklarasi partai beserta alasan-alasan politik maupun relijius yang menjadi pertimbangannya. Untuk memperkuat, dipaparkanlah sejumlah ayat dan hadits disamping alasan politik dan sejarah yang menjadi pertimbangan. Akhirnya mereka mampu memahami “ijtihad politik”nya untuk mendirikan sebuah partai politik baru dengan prinsip pluralisme dan keterbukaan. Maka keesokan harinya, 23 Agustus 1998, bendera bergambar matahari putih dengan latar belakang warna biru dikibarkan di senayan dengan gegap gempita dihadapan ribuan massa.
Itulah Amien Rais, tokoh paling fenomenal di era reformasi saat ini. Jauh sebelum mendirikan PAN ia sudah sering mengkritik pemerintah orde baru. Kala itu Soeharto benar-benar memanfaatkan kekuasaannya hingga tidak ada satupun berani mengkritiknya. Mengambil istilah dikalangan Muhammadiyah, syaraf takut Amien sudah putus.
Tak heran jika sejak awal isu ia akan naik menjadi ketua PP Muhammadiyah pak Harto meminta para intelejennya untuk mencegah. Pak Harto sadar bahwa orang sederhana ini akan menjadi penghambat langkahnya. Beberapa hari kemudian intelejen melaporkan bahwa sulit membendungnya, malah akan menimbulkan reaksi anti-soeharto. Sedangkan untuk membuat faksi-faksi di tubuh Muhammadiyah sulit dilakukan misalnya dengan membuat Muhammadiyah tandingan. Hal ini seperti yang terjadi di tubuh NU sebagaimana dulu Abu Hasan membuat NU tandingan. Akhirnya Amien terpilih dengan suara 98,5 %. Namun ditengah perjalanan memimpin Muhammadiyah, Amien akhirnya dihadapkan pada dua pilihan hingga akhirnya beliau memilih menuntaskan agenda reformasi.
Pada saat Muktamar di Aceh –muktamar naiknya Amien menjadi ketua PP Muhammadiyah- pak Harto hadir dan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, pak Harto mengaku dirinya adalah bibit Muhammadiyah yang ditanam untuk bangsa karena beliau murid di sekolah Muhammadiyah. Pengakuan pak Harto itu diikuti pejabat mulai dari minta, koramil dan lurah. Semua mengaku dekat dengan Muhammadiyah. Harmoko pernah menjadi pengurus ranting, Mar’ie Muhammad mengaku lahir di rumah Muhammadiyah di Surabaya. Semua pejabat jadi ramah dengan Muhammadiyah.
Yahya Muhaimin mengatakan kepada Amin bahwa pidato Soeharto itu isyarat agar Amien berhenti mengkritiknya, berhenti melancarkan isu-isu suksesi karena punya latar belakang sama yakni sama-sama Muhammadiyah. Akhirnya Soeharto pun tumbang oleh orang yag selama ini ditakutinya.
Itulah Amin Rais, sosok yang begitu kharismatik dengan berbagai kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sebagai seorang pemimpin. Di akhir hayat Soeharto, Amien Rais dengan berani menyerukan untuk memaafkannya. Pemerintah diminta segera memberi ampunan tanpa perlu menunggu meninggal dan tanpa lewat pengadilan. Lagi-lagi sosok Amien Rais yang begitu berjiwa besar hadir terpampang jelas di hadapan kita. Sosok yang bukan kita ketahui berasal dari masa lampau apalagi dari negeri dongeng. Ia ada dan masih bisa kita saksikan sorot matanya yang tajam dengan penampilan yang sederhana. Karena pemimpin yang baik serta berjiwa besar tidak hanya ada di dunia mimpi, Amien Rais lah kenyataanya. Wallahu a’lam bishshawab...